TAGIHAN KEBAIKAN YANG BELUM LUNAS
Sudah sejak lama saat saya memutuskan untuk menuliskan segala hal yang mengganggu isi pikiran selama ini. Entah darimana memulainya – merasakan nya saja sudah membuatku bingung. Ada begitu banyak hal yang menarik tiap harinya, tapi sudahlah itu akan membutuhkan banyak halaman untuk membuatnya, mungkin pada halaman ini akan meredakan segala apa yang saya rasakan (untuk hari ini).
Melihat dan merasakan perasaan abstrak orang lain begitu sangat menguras kewarasan walaupun terkadang rasa peduli itu ada sebagai pengingat bahwa kita masih merupakan bagian dari makhluk sosial (altruisme), akan tetapi timbul pertanyaan dari dalam diri ini.
“Apakah kebaikan itu perlu untuk dibalas, atau hanya akan menjadi sebuah bumerang bagi diri sendiri?’’
Entahlah, kebaikan yang dirasakan merupakan sebuah ujian yang tiada ujungnya. Sadar atau tidak , kita hidup sampai detik ini merupakan rajutan indah dari buah kebaikan. mempunyai keluarga yang baik, teman yang baik, pasangan yang baik, lingkungan yang baik adalah bentuk dari seberapa dingin dan kejamnya dunia yang sedang kita hadapi ini.
Kebaikan akan terasa begitu sangat melelahkan dan menyenangkan disaat yang bersamaan jika kita menyadari bahwa tidak akan selalu ada “baik” dalam kebaikan yang kita berikan – sudah sewajarnya itu menjadi hal yang lumrah, begitupun sebaliknya, membalas kebaikan juga bukan merupakan kewajiban bagi siapa saja yang menerimanya. kita dituntut untuk mengingat kebaikan demi kebaikan yang pernah kita terima dan mau tidak mau kita menjadikan kebaikan sebagai sebuah alat tukar yang entah mengapa hal itu menjadi hukuman bagi siapa saja yang pernah menerimanya - akan ada begitu banyak tagihan kebaikan yang akan selalu datang mengahantui. pada akhirnya kita dipaksa untuk selalu mengingat sebuah kebaikan yang akan menjadi sebuah senjata bagi si pemberi dalam mengingat tiap kebaikan yang pernah Ia berikan.
"Kita terlalu bodoh untuk mengira bahwa semua orang itu adalah jahat dan juga begitu naif jika menganggap bahwa semua orang itu baik."
Seperti terkisah dalam karya Miguel de carvantes, Don quixotes merupakan sosok yang tidak baik dan meskipun dia memiliki semangat, itu bukanlah jenis semangat yang seperti kita ketahui. Don Quixote tidak baik, dia tidak kasar tapi dia cukup jujur, Dia berbicara dan berterus terang tanpa ada niat untuk bersikap baik kepada siapa pun. Sebaliknya, Sancho si pengawal - meskipun dia berbicara lebih jelas dan kasar - Dia jauh lebih baik dan penuh perhatian terhadap perasaan orang-orang terhadap kata-katanya dibandingkan Quixote, yang jauh lebih tegas dan kasar.
Kebaikan Don Quixote sering kali digambarkan melalui keinginannya untuk memperbaiki kesalahan dan membantu mereka yang membutuhkan, sedangkan kebaikan Sancho secara tradisi kesatriaan dikaitkan dengan tindakan pelayanan dan perlindungannya yang tanpa pamrih. Kedua sosok tersebut mewujudkan aspek kebaikan dan semangat yang berbeda, menjadikannya simbol yang bermakna untuk bisa kita pertimbangkan. Pada akhirnya, pilihan di antara keduanya mungkin bergantung pada kebijaksanaan kita dalam menyikapinya.
Komentar
Posting Komentar