Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

KAMU ADALAH APA YANG KAMU BACA

Gambar
Membaca buku—sama seperti menonton film atau mendengarkan musik—adalah kepingan dari pengalaman. Meskipun ketiganya adalah fiksi hasil kreasi manusia, tetapi masih berpengaruh besar dalam menakhlikkan pengalaman, lalu berbaur dengan realita dan membentuk apa yang disebut sebagai kepribadian.  Pengalaman yang dapat berlaku sebagai juru ajar kehidupan adalah pengalaman yang kadang-kadang tidak mengenakkan. Sama seperti bacaan, karya yang baik adalah yang berani memanusiakan manusia melalui segala persoalan hidupnya. Tidak semua karya bagus harus menghibur dengan cerita indah nan membuai. Manusia justru dapat memaknai hidupnya melalui konflik-konflik. Seperti tersebut dengan elok oleh Pak Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya:  "Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya, tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini". — Bumi Manusia, hal. 120.  Contohnya, pada novel "The Old Man and The Sea", kar...

APAKAH MANUSIA MEMILIKI KEBEBASAN?

Gambar
 — "Apakah manusia memiliki kebebasan?" adalah salah satu pertanyaan paling mendasar dalam ontologi sosial.  Lebih dari satu abad perkembangan ilmu sosial, ada kecenderungan yang menganggap bahwa manusia tidak pernah bebas. Malahan, manusia selalu ditekan oleh struktur yang berada "di atas" sana. Perkara hidup dan mati pun sangat dipengaruhi oleh faktor sosial (studi suicide Emile Durkheim).  Puncaknya, muncul istilah determinisme kultural (atau struktural) yang menjelaskan bahwa jati diri, tindak tanduk, dan masa depan seseorang sudah ditentukan oleh siapa ia di masyarakat: kelas sosial, gender, agama, ras, etnik, dan kebangsaan. Seorang anak yang lahir di keluarga miskin, kemungkinan besar akan tetap miskin ketika dewasa. Seorang siswa dari keluarga broken home akan seret prestasi di sekolah. Jalan hidup manusia ditentukan oleh lingkungan sekitarnya, dan setiap masalah sebenarnya adalah masalah struktural.  Determinisme kultural berkebalikan dengan determinisme na...

SUDAHKAH KITA MERAIH KEMENANGAN?

Gambar
Setelah perayaan yang penuh suka cita, Idul Fitri bagi saya hanya menyisakan kesunyian yang murung. Jika memang benar bulan Ramadhan adalah medan perang dan Idul Fitri adalah hari kemenangan seperti yang banyak orang bilang, mungkin perasaan itu pula yang dirasakan Yudhistira ketika ia memenangkan begalan pati Bharatayuddha. Di kesunyian balairung Hastina, sambil duduk di singgasana, ia memandang tiang-tiang yang membisu, sama seperti saya memandangi toples-toples kue di atas meja. Dalam melankolia, ia menyadari bahwa sejatinya perang tidak akan pernah usai. Ia sadar, sama seperti manusia lainnya di muka bumi, sepanjang hidupnya manusia akan terus berperang, melawan hal-hal buruk, entah di luar dirinya atau di dalam batinnya.  Manusia tidak pernah benar-benar "menang". Selama ia masih memiliki sisi buruknya yang alami, selama ia tidak bisa menebak nasibnya dan selama ia masih dibayang-bayangi maut, semua kemenangan, sama seperti kekalahan, hanyalah sesuatu yang semu. Jadi, ap...

SURAT UNTUK PARA ORANG TUA YANG "DURHAKA" PADA ANAKNYA

Gambar
Selama ini kita selalu diajarkan bahwa seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya. Sekarang bagaimana pendapat kalian jika saya bilang bahwa orang tua harus juga berbakti pada anaknya? Sekarang coba pikirkan ini: seorang anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Mereka terlahir sepenuhnya atas kehendak kalian, tanpa persetujuan. Mereka "dilempar" ke dunia dan "dipaksa" untuk menjalani kehidupan yang absurd dan tidak melulu berisi kebahagiaan, ke dunia yang di satu sisi adalah anugerah dan di sisi lainnya adalah musibah dan menjadi mainan dari nasib dan takdir. Di kemudian hari mereka akan menyadari mekanisme kehidupan yang aneh dan tidak bisa ditebak. Lain kata, mereka "terlahir" atas "siasat" dan "kelicikan" kalian demi melengkapi sebuah kapal yang kalian sebut "keluarga", demi ambisi kalian soal "betapa kurang lengkapnya keluarga tanpa kehadiran seorang anak". Di sinilah letak bakti kalian. Balaslah kehadira...